PINUSI.COM - Indonesia-Malaysia berencana akan membuka koridor perjalanan di perbatasan dengan tujuan membangun kerjasama untuk pemulihan ekonomi di masa pandemi Covid-19.
Perdana Menteri Malaysia, Ismail Sabri Yaakob mengumumkan rencana pembukaan jalur perbatasan saat pertemuannya dengan Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Rabu (10/11/2021).
"Hari ini saya dan bapak presiden mencapai persetujuan supaya Malaysia dan Indonesia dapat melaksanakan satu koridor perjalanan antara kedua negara melalui travel corridor arrangement," sebut Ismail Sabri.
Presiden Joko Widodo juga mengatakan rencana dibukanya perbatasan dengan harapan kedua negara akan mampu mempercepat pemulihan ekonomi yang akan dilakukan secara bertahap.
"Untuk mendukung pemulihan ekonomi tadi, kita sudah sepakat dibuat travel corridor arrangement yang secara bertahap kita buka satu per satu," kata Presiden Joko Widodo saat memberikan pernyataan pers, Rabu (10/11/2021).
COVID-19 VARIAN DELTA PLUS TERDETEKSI DI MALAYSIA
Baru-baru ini terdapat dua kasus covid-19 varian Delta Plus dari pelajar yang baru pulang dari Inggris. Virus Covid-19 varian terbaru terdeteksi di Malaysia. Varian tersebut bernama Delta AY.4.2.
Terdapat dua kasus yang terdeteksi sebagai varian Delta Plus, kasus tersebut datang dari pelajar yang baru kembali dari Inggris.
Sebelumnya, Tan Sri Dr Noor Hisham Abdullah selaku Direktur Jenderal Kesehatan mengatakan bahwa kasus–kasus ini terdeteksi ketika kedua pelajar itu sampai di Bandara International Kuala Lumpul (KLIA), Selasa (02/11/2021).
“Sampel ini telah menjalani full genome sequencing di Institute of Medical Molecular Biolgy, Universiti Kebangsaan Malaysia (UMBI-UKM), dan hasilnya dirilis pada 30 Oktober”, ujar Noor seperti dikutip Kompas.com (06/11/2021).
Melansir Healthline, menurut data varian AY.4.2 memiliki kemungkinan 10 persen lebih menular daripada varian Delta yang paling umum, AY.4.
Pernyataan ini diungkapkan oleh Direktur University London Genetics Institute Francois Ballaoux, PhD.
Kemudian, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengungkapkan bahwa varian Delta sangat menular serta lebih tahan terhadap pengobatan daripada varian aslinya.
Terdapatnya peningkatan sebesar 10 persen ini memungkinkan lahirnya varian baru, AY.4.2 menjadi varian paling menular.
Tetapi, para ahli menilai jika lebih menular bukan berarti lebih mengkhawatirkan. “Menular bukan berarti lebih berbahaya. Bukan berarti lebih ganas”, kata Spesialis Penyakit Dalam dan Paru di Lenox Hill Hospital, New Yordk, Dr Len Horovitz.
Ia juga menjelaskan bahwa masa inkubasi virus yang lebih pendek membuat virus lebih cepat serta lebih mudah menular daripada yang membutuhkan inkubasi dengan waktu yang lebih lama. (fe/ndz)