Investasi sektor energi turun, berbanding terbalik dengan pasar saham
PINUSI.COM - Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan nilai capaian investasi di sektor energi sepanjang tahun 2020. Data menyebut nilai investasi menurun signifikan, sebanyak 8,6 miliar Dolar Amerika Serikat (AS).
Menteri ESDM Arifin Tasrif, mengatakan total realisasi investasi sektor energi tahun 2020 adalah sebesar 24,4 miliar Dollar AS. Turun sebanyak 26 persen dari realisasi investasi tahun 2019, yang mencapai 33 miliar Dolar AS.
Pada konferensi pers virtual, Kamis (7/1/2021) Arifin beralasan, beberapa kendala yang terjadi sepanjang 2020 adalah penyebab investasi menurun. "Pada 2020 dengan kondisi yang ada, investasi sebesar US$24,4 miliar karena kendala-kendala yang kami hadapi pada 2020," ungkap Arifin dalam konferensi pers secara virtual, Rabu (7/1).
BACA JUGA: PERTUMBUHAN INVESTASI SELAMA PANDEMI DISOKONG PERAN PLATFORM DIGITAL
Ada pun penyumbang realisasi investasi 2020, didominasi oleh sektor minyak dan gas (migas), investasi kilang, salah satunya. Target ia tahun depan, investasi energi dapat meraih angka 36,4 miliar Dolar AS, atau naik sebanyak 49,1 persen.
Rincinya, investasi sektor energi baru sebanyak 2,9 miliar Dolar AS, mineral dan batu bara 6 miliar Dolar AS, listrik 9,9 miliar Dolar AS, dan migas 17,6 miliar Dolar AS. "Ini juga terdiri dari energi baru terbarukan kelistrikan, mineral dan batu bara, listrik. Kami harapkan bahwa kendala pandemi corona pada 2021 bisa lebih terkendali," ujar Arifin.
Sisi lain, investasi pasar modal menunjukkan tren positif. PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) melaporkan, hingga 23 Desember 2020, jumlah identifikasi investor (Single Investor Identification/SID) tumbuh 45,51 persen menjadi 3.615.019 SID. Terdiri, investor saham, surat utang, reksa dana, Surat Berharga Negara (SBN), dan efek lain yang tercatat di KSEI.
Rincinya, 1.547.619 di antaranya tercatat memiliki aset saham, 2.905.718 SID memiliki aset reksadana,dan 452.635 SID memiliki aset SBN. Tapi torehan prestasi ini sekaligus menunjukkan tantangan baru, yakni kesiapan infrastruktur menampung jumlah investor dan transaksi. “Jika investor capai 5 juta, apakah sistem siap?,” ungkap Presiden Direktur KSEI Uriep Budhi Prasetyo pada webinar HUT KSEI ke-23, Desember lalu.