Kak Seto memohon kepada para orang tua agar lebih ramah dan merangkul anak-anak.
PINUSI.COM – Pandemi yang nyaris berlangsung hampir 3 tahun belakangan ini ternyata juga memberikan dampak buruk, yaitu depresi bagi kesehatan mental anak.
Depresi dalam Pembelajaran menurut Kak Seto
"Data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menyebutkan, sebanyak 13 persen anak mengalami depresi karena kurikulum belajar daring yang terlalu berat," ungkap Seto Mulyadi Ketua Umum LPAI (Lembaga Perlindungan Anak Indonesia) dalam konferensi pers daring pada Senin (20/12).
Oleh karena itu, Kak Seto memohon kepada para orang tua agar lebih ramah dan merangkul anak-anak agar menyiptakan suasana belajar yang kondusif.
"Caranya dengan mendekati anak, berkomunikasi dengan bahasa anak. Seperti dengan dongeng, lagu, bercerita, ataupun bermain," ujarnya.
Selepas itu Kak Seto menyebutkan bahwa kurikulum darurat atau adjusment saat masa pandemi juga sangat diperlukan untuk mengupayakan anak tidak mengalami depresi.
"Anak harusnya dibekali dengan kurikulum darurat yang isinya pembelajaran kehidupan. Kehidupan sendiri itu bukan sekedar IPTEK ya, tetapi juga tentang (pembelajaran) kesehatan. Kesehatan itu juga bukan sebatas fisik tetapi mental juga," ungkap kak Seto.
Seperti yang tertulis dalam Surat Edaran No 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19 disebutkan bahwa kurikulum pembelajaran jarak jauh atau dalam jaringan tidak menuntut kenaikan kelas atau kelulusan.
"Belajar daring difokuskan pada pendidikan kehidupan mengenai pandemi COVID-19," tutupnya. (krn)