Industri mobil buatan Indonesia punya kans untuk merambah pasar luar negeri, dan berpotensi mendulang hasil ekspor senilai 1,5 miliar dolar Amerika Serikat (sekitar Rp 21 triliun). Tren positif ini memancing Filipina untuk berbuat jahil.
Demikian Menteri Perdaganagan Muhammad Lutfi ungkapkan dalam sesi bertemakan Economic Recovery di webinar MGN Summit 2021, Rabu (27/1/2021) kemarin. Dia pun mengaku geram melihat tindakan Filipina
Sebagai upaya menjegal Indonesia, jelas Lutfi, pemerintah Filipina mengeluarkan kebijakan safeguard berupa bea masuk tindakan pengamanan perdagangan sementara (BMTPs). Upaya ini, tutur Lutfi, adalah tindakan melindungi produk lokal dari serbuan barang impor yang sejenis, lantaran berpotensi mengancam kelangsungan industri negara penerima impor.
"Industri berteknologi tinggi kita juga mereka jahili, mereka ganggu. Contoh yang saya lagi kesal gitu kan ya kita ini menjual kira-kira US$ 1,5 miliar mobil kita ke Filipina. Nah, Filipina ini sekarang menetapkan safeguard untuk industri mereka di Filipina dari mobil kita," ungkapnya geram.
Analisa Lutfi, keputusan yang Filipina ambil jelas menunjukkan bahwa ada rasa kekhawatiran dari pemerintah Negara Lumbung Padi—julukan Filipina—tersebut terhadap keseimbangan neraca perdagangan.
Di sisi lain, tambah dia, tindakkan ini juga menunjukkan bahwa industri mobil lokal besutan Indonesia punya kualitas dan kans yang mumpuni bahkan melebihi Filipina. Karena itu lah mencari cara untuk bisa membendung ekspor mobil Indonesia ke Filipina.
Meski langkah Indonesia dijegal, Lutfi mengaku tidak gentar dan akan terus maju menghadapi kebijakan yang Filipina terapkan. Dia optimistis, industri mobil buatan Indonesia punya daya saing yang tidak meragukan.
"Jadi kalau kita lihat secara kasat mata sebenarnya mereka itu lagi ketakutan daripada balance of trade mereka itu mengganggu current account deficit mereka. Jadi mereka mencoba kebijakan itu. Ya kita akan hadapi karena ini adalah bagian-bagian dari perdagangan," tegas Lutfi.