Penting bagi sektor ekonomi untuk segera pulih, sektor pendidikan juga tidak kalah penting
PINUSI.COM – Sektor ekonomi butuh waktu lebih lama untuk pulih. Faktanya memang keganasan pandemi Covid-19 tidak hanya sebatas segi kesehatan dengan jutaan nyawa melayang. Sejak pertama kali Tiongkok menemukannya pada Desember 2019 silam, virus SARS-CoV-2 telah berhasil memporak-porandakan perekonomian global dalam jangka waktu kurang lebih satu tahun.
Sungguh seperti bumi dan langit, perbandingannya antara masa kehancuran dan kepulihan Sehingga sangat sulit bagi perekonomian global bisa pulih dengan segera, jika tidak ada gebrakan dari struktur kebijakan di masing-masing negara. Lantas bagaimana dengan ekonomi tanah air?
Direktur Pelaksana Bank Dunia, Mari Elka Pangestu, di webinar Forum Diskusi Salemba 46, Sabtu (30/1/2021) menyampaikan pandangan dan proyeksinya soal masa pemulihan sektor ekonomi Indonesia.
Prediksi Mari, ekonomi Indonesia butuh waktu 5 tahun untuk bisa pulih sepenuhnya dari serangan makhluk berukuran 100-120 nano meter ini. Dia pun menyinggung masa krisis moneter (krismon) tahun 1998 yang butuh 8 tahun masa pemulihan, sebagai bahan perbandingan.
"Mungkin di forum ini ada yang senior atau yang muda, tapi bagi kami yang mengalami krismon 1998, itu kontraksi yang sangat berat dan memerlukan 8 tahun dengan low growth. Kali ini jika kontraksi 2 persen, kita tumbuh 1 persen di bawah potensi 4 persen untuk 2-3 tahun ke depan,” jelasnya.
Lebih lanjut dia menjabarkan, ada pun persoalan-persoalan yang butuh gebrakan baru adalah masalah investasi. Namun, masalah pendidikan juga tidak kalah penting, karena anak-anak Indonesia telah kehilangan kesempatan belajar di sekolah selama pandemi.
Mengapa Pendidikan penting, kata Mari, karena tidak bersekolah selama 5 bulan saja, sama saja anak-anak sudah kehilangan kesempatan mempelajari semua sendi kehidupan selama setahun. Apa lagi, sambung Mari, kegiatan sekolah di Indonesia benar-benar terganggu selama hampir satu tahun. "Ini sangat-sangat penting improve education. Jadi kita kehilangan 1 tahun mungkin.Jadi ini human capital loss yang sangat pelik," tandas Mari.