PINUSI.COM - Pemerintah terus berupaya untuk mencegah peningkatan kasus Covid-19 pada varian Omicron. Pasalnya peningkatan kasus yang signifikan disebabkan oleh varian Omicron yang penularannya begitu cepat dan akan mengalami puncaknya.
Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan, Abdul Kadir mengatakan kemungkinan puncaknya pada 2-3 minggu kedepan.
"Seperti kita ketahui bersama bahwa sekarang ini terjadi peningkatan yang sangat signifikan dari hari ke hari, kemarin tanggal 8 Februari sudah mencapai sekitar 37.952 kasus artinya apa kita ini melihat dua sampai tiga minggu depan kemungkinannya akan terjadi peaknya pada saat dua sampai tiga minggu kedepan," kata Abdul Kadir dalam keterangan pers yang disiarkan pada kanal Youtube Kemenkes, Kamis (10/2/2022).
Namun, Abdul Kadir menegaskan kepada masyarakat untuk tetap waspada walaupun varian ini menimbulkan gejala-gejala ringan terutama pada usia lanjut, memiliki komorbid dan juga yang belum melakukan vaksinasi serta anak-anak.
"Meskipun Covid-19 ini peningkatan kasusnya begitu drastis mungkin sampai 3 sampai 5 kali lipat daripada Delta, namun satu yang menggembirakan buat kita semua Ini disampaikan kepada masyarakat yaitu adalah bahwa gejala-gejala yang ditimbulkan oleh Omicron ini tidak seberat yang ditimbulkan Delta," imbuhnya.
"Meskipun gejalanya ringan dan kadang-kadang tanpa gejala, tapi itu bisa berbahaya pada orang-orang yang umur lanjut atau lansia termasuk juga orang-orang yang kebetulan mempunyai penyakit penyerta atau komorbid dan juga pada orang-orang yang belum divaksin dan pada anak-anak," tambahnya.
Dalam keterangan pers, Siti Nadia Tarmizi juga menambahkan bahwa peningkatan kasus juga sebanding dengan peningkatan kasus yang membutuhkan perawatan di rumah sakit. Ia juga menghimbau agar masyarakat yang bergejala atau tidak disarankan untuk isolasi mandiri.
"Kita akan melihat tren peningkatan yang sangat signifikan dari Omicron ini tidak berbanding lurus dengan peningkatan kasus-kasus yang membutuhkan perawatan di rumah sakit, hanya tetap bahwa kita harus selalu waspada masyarakat yang tentunya tidak bergejala atau gejala seperti misalnya batuk pilek demam, kemudian sakit tenggorokan dan orang saturasi oksigen lebih dari 95 persen, tidak memiliki komorbid serta bukan lansia untuk dapat melakukan isolasi mandiri baik di rumah ataupun di tempat-tempat isolasi terpusat yang sudah disediakan," tambah Siti.
Pemerintah juga sudah meningkatkan layanan telemedisin untuk masyarakat yang melakukan isolasi mandiri.