Lawan perubahan iklim, jadi prioritas keamanan nasional dan kebijakan luar negeri AS di bawah kepemimpinan Joe Biden.
PINUSI.COM – Lawan perubahan iklim, jadi salah satu prioritas pemerintahan Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Presiden Joe Biden. Ambisi dan keseriusan Biden menjadikan AS sebagai penggerak juga pemimpin dalam perang melawan perubahan iklim tidak bisa disepelekan.
Biden pun telah meneken serangkaian perintah eksekutif yang dirancang khusus mengenai perubahan iklim, termasuk mengatur soal larangan pemanfaatan energi yang berasal dari perut bumi. Hal ini menegaskan isu melawan perubahan iklim, di bawah Biden menjadi prioritas kebijakan luar negeri AS.
Selain itu, isu ini juga jadi prioritas dalam bidang keamanan nasional AS. Bahkan untuk itu, Biden sampai meminta Direktur Intelijen Nasional AS mempersiapkan sebuah laporan tentang implikasi keamanan perubahan iklim.
Perintah eksekutif yang ditandatangani pada Rabu (24/3/2021) kemarin, waktu setempat, juga turut mengamanatkan soal pembentukan kantor kebijakan iklim domestik Gedung Putih dan mengumumkan pertemuan puncak para pemimpin akan dihelat pada April atau bertepatan di Hari Bumi.
Salah satu tujuan perintah eksekutif ini adalah untuk membekukan kontrak pengeboran minyak dan gas di tanah milik pemerintah federal, serta melipatgandakan energi terbarukan tenaga angin di lepas pantai pada 2030 mendatang. Kebijakan yang sangat berseberangan dengan era kepemimpinan Presiden sebelumnya, Donald Trump.
Namun Biden menyadari bahwa AS tidak bisa sendiri jika ingin menyukseskan ambisi menjadi pemimpin dalam pergerakan melawan perubahan iklim. Karenanya, pada 22-23 April 2021 mendatang, akan digelar pertemuan puncak iklim secara daring.
Sebanyak 40 pemimpin dunia telah diundang ke pertemuan itu, dua di antaranya adalah Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Tiongkok Xi Jinping. Acara ini menandakan kembalinya Washington ke garis depan perang melawan perubahan iklim buatan manusia.
"Hari ini adalah hari iklim di Gedung Putih. Kita sudah lama menunggu dan kita tak bisa lagi menunggu lebih lama. Sama halnya kita membutuhkan respon nasional untuk bersatu melawan Covid-19, kita sangat membutuhkan respon nasional untuk bersatu terhadap iklim lantaran di sana ada krisis iklim," katanya.