PINUSI.COM - Tonggak lahirnya Hari Peduli Sampah Nasional 21 Februari menjadi momentum mengingat kilas balik tragedi longsor timbunan sampah di Leuwigajah, Cimahi pada 21 Februari 2005 silam.
Peristiwa longsornya timbunan sampah di TPA Leuwigajah pada 21 Februari bermula sampah yang ditimbun dan dibiarkan begitu saja selama bertahun tahun, kemudian terjadi ledakan gas metana dari timbunan sampah pada dini hari hingga mengakibatkan longsor.
Akibat peristiwa tersebut 2 Desa (Kampung Pojok dan Kampung Cilimus) di peta terhapus dan merenggut nyawa sekitar 147 orang.
Pasca peristiwa tersebut tanggal 21 Februari ditetapkan sebagai Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN).
HPSN tahun ini mengusung tema "Kelola Sampah, Kurangi Emisi, Bangun Kampung Iklim (Proklim)". KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) pada Hari Peduli Sampah Nasional 2022 mengusung program, setidaknya tiga program yakni pengelolaan sampah, pengendalian perubahan iklim dalam pengurangan emisi pada Proklim dan perhutanan sosial
Dilaksanakan secara daring, Rosa Vivien Ratnawati Selaku Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3) mengatakan selama 5 tahun terakhir Hari Peduli Sampah Nasional telah menjadi momentum untuk membangun kesadaran publik dalam upaya upaya pengurangan sampah. Upaya tersebut ternyata membuahkan hasil yang sangat positif. Senin, (21/02/2022).
"HPSN 2022 menjadi babak baru dalam pengelolaan sampah di Indonesia dengan mengusung tiga kegiatan ke dalam satu program yang bertujuan untuk pelembagaan kepedulian sampah di tengah masyarakat dengan perspektif iklim pengelolaan sampah dan perhutanan sosial,” Ucap Rosa Vivien melalui daring dalam acara dalam acara Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2022
Rosa menuturkan bahwa sampah memberikan kontribusi dalam peningkatan emisi gas rumah kaca. Gas metan yang dihasilkan dari pemrosesan akhir sampah menghasilkan jumlah yang signifikan dan mengambil peran besar dalam menciptakan efek gas rumah kaca.
Selain itu masih adanya aktivitas pengelolaan sampah yang salah seperti pembakaran terbuka dan pembuangan sampah secara sembarangan atau illegal. Serta kurangnya maksimal pengelolaan sampah seperti tidak adanya pemanfaatan gas metan TPA dan daur ulang sampah kertas yang masih minim.
“Pemerintah telah menetapkan strategi dan melaksanakannya dalam bentuk kapasitas kebijakan dan kelembagaan baik di tingkat lokal dengan program pengelolaan air limbah perkotaan, mengurangi sampah di TPA dengan mempromosikan pendekatan ‘Reduce, Reuse, Recycle’ dan pemanfaatan sampah menjadi bahan baku energi." ungkap Rosa Vivien.
Untuk mendukung usaha penanganan emisi gas rumah kaca telah dimulai pendampingan pengelolaan sampah di empat lokasi Program Kampung Iklim (Proklim) di Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Keempat lokasi itu akan menjadi percontohan bagi 3.270 Kampung Iklim lain di seluruh Indonesia.
Rosa melihat keterlibatan 4 desa dalam mengelola sampah yang cukup baik, dan ini menjadi potensi pengurangan emisi gas rumah kaca. Rosa Vivien menuturkan "Dari 4 desa yang mengikuti pendampingan proklim terlihat pengelolaan sampah yang cukup baik dengan adanya bank sampah, TPS3R, kegiatan pengomposan yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat sekitar
Melalui kegiatan pengelolaan sampah dari sumber tersebut terhitung potensi pengurangan emisi gas rumah kaca yaitu sebesar 1262 giga ton pada tahun 2030
Hal ini termasuk impresif sebab dengan jumlah penduduk yang sedikit tempat desa ini dapat memberikan kontribusi nyata pada pengurangan emisi gas rumah kaca dari sub sektor sampah." Ujar Rosa Vivien melalui Daring
Pelaksanaan Hari Peduli Sampah Nasional 2022 ini dilaksanakan secara serentak di tingkat nasional dan daerah oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah dan elemen masyarakat. Kegiatan kegiatan tersebut secara hybrid dan virtual melalui kegiatan Bulan Peduli Sampah. Sepanjang bulan Januari hingga Februari dengan puncak kegiatan pada tanggal 21 Februari 2022. (FE)