Suku bunga turun, hingga 3,5 persen. Selain itu, BI juga melonggarkan likuiditas perbankan, serta burden sharing.
PINUSI.COM – Suku bunga turun, likuiditas perbankan diperlonggar dan burden sharing dengan membeli surat utang negara, adalah tiga contoh langkah penyesuaian yang Bank Indonesia ambil untuk bisa mengimbangi kondisi terkini ekonomi dalam negeri.
Pada Kamis (1/4/2021), dalam webinar bersama Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, bahwa pihaknya memutuskan untuk menurunkan suku bunga kredit ke titik terendah di angka 3,5 persen.
"Kami sudah turunkan suku bunga, menjadi terendah jadi 3,5%. Kami juga pastikan likuiditas perbankan longgar. Quantitative easing kami lakukan Rp 776 triliun, terbesar di antara emerging market," paparnya.
Selaras itu juga, BI turut memberlakukan pelonggaran likuiditas perbankan atau kebijakan quantitative easing, sebesar Rp 776 triliun. Jumlah itu menurutnya menjadi yang terbesar di antara negara berkembang lainnya. Langkah-langkah ini dilakukan demi percepatan pemulihan ekonomi Indonesia.
Selain itu, dia menambahkan, juga melakukan burden sharing sebagai upaya membantu ketersediaan Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) dengan cara membeli surat utang negara. Dia menrincikan, tahun lalu total upaya burden sharing yang dilakukan mencapai Rp 473,4 triliun.
Kemudian, sambung dia, di tahun ini—hingga 16 Maret 2021—sudah ada upaya pembelian surat utang lanjutan yang nilainya mencapai Rp 65 triliun. Dia melanjutkan, pemberian relaksasi besar-besaran juga diberikan pada sektor kredit rumah dan kendaraan motor dengan DP 0 persen.
Dengan sederet kebijakan tersebut, Perry optimis ekonomi Indonesia akan tumbuh di level 4,3-5,3 persen. "Kami juga bersama-sama dengan Menkeu antara kebijakan fiskal dan monetary yang erat. Saya memperkirakan tahun ini ekonomi kita akan lebih baik dari tahun lalu,” tandas dia.