Lempeng Eurasia dan Indo-Australia bergeser 7 cm setiap tahunnya, hingga akhirnya terjadi tumbukan dan guncang Malang
PINUSI.COM – Lempeng Eurasia dan Indo-Australia bergeser secara berkesinambungan. Tiap tahunnya kedua lempeng tersebut bergeser sebanyak 7cm (sentimeter). Pergeseran akan terus terjadi hingga terjadinya tumbukan.
Dan akhirnya Sabtu (10/4/2021) tumbukan di antara kedua lempeng itu pun terjadi sekitar 200 km dari pantai selatan Jawa. Tumbukan tersebut akhirnya menghasilkan gempa berkekuatan 6,1 Magnitudo di Malang Selatan, Jawa Timur.
Rupanya, lokasi terjadinya bencana gempa disebut Peneliti senior dari Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (Puslit MKPI) ITS Dr Ir Amien Widodo MSi, sebagai wilayah rawan terjadi gempa.
Amien mengatakan gempa Malang Selatan terjadi karena adanya aktivitas zona subduksi yang terbentuk akibat tumbukan lempeng Indo-Australia dengan lempeng Eurasia. Dia mengklaim gempa adalah hal lumrah, mengingat Indonesia berada di pertemuan tiga lempeng utama dunia, yaitu Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik.
Dia juga menambahkan gempa ini tidak berpotensi tsunami karena pergeseran lapisan terjadi secara horizontal dan tidak menyebabkan gelombang tinggi air laut. Terlepas dari bencana di Malang, dia mengimbau seluruh masyarakat Indonesia untuk waspada dan mengenali potensi-potensi bencana alam agar mampu meminimalisir korban jiwa.
“Karena posisi tumbukan miring, maka sepanjang jalur tumbukan dua lempeng tersebut terjadilah gempa. Jalur tumbukan ini berada dari daerah Banten hingga Banyuwangi. Titik gempa ini memang sudah lumrah menjadi penyebab terjadinya gempa di daerah sekitarnya. Indonesia rawan, maka masyarakat harus bisa mengenali ancaman-ancaman ini dan beradaptasi dengannya,” katanya Sabtu (10/4/2021).
Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur, gempa yang tidak berpotensi tsunami ini terasa hingga di 17 kabupaten/kota di Jatim. Sebelumnya, BMKG menyebut pusat gempa berada di 90 kilometer barat daya Kabupaten Malang dan berpusat di Laut Banda yang berada di lepas pantai dengan kedalaman 25 kilometer.