Menteri Urusan Keluarga Jerman mengundurkan diri karena dituduh melakukan plagiat soal tesis doktoral
PINUSI.COM – Menteri Urusan Keluarga Jerman, Franziska Giffey mengundurkan diri dari jabatannya. Kandidat Sosial Demokrat yang mencalonkan diri sebagai Wali Kota Berlin dalam pemilihan September itu mengundurkan diri karena dituduh melakukan plagiat soal tesis doktoral. "Dalam beberapa hari terakhir, diskusi kembali muncul tentang disertasi saya di tahun 2010," kata Giffey dalam sebuah pernyataan seperti dilansir AFP, Rabu (19/5/2021).
Oleh sebab itu, Giffey mengundurkan diri dari jabatan kementeriannya. Meskipun dia masih berniat mencalonkan diri sebagai kandidat SPD untuk menjadi wali kota Berlin dalam pemilihan pada bulan September mendatang.
Giffey yang berusia 43 itu telah dirundung tuduhan plagiarisme sejak 2019 lalu, ketika Free University of Berlin membuka penyelidikan atas tesis doktoralnya tentang politik Eropa. Platform Wiki VroniPlag mengatakan sekitar 49 dari 265 halaman tesis menunjukkan tanda-tanda plagiarisme, mulai dari kutipan tanpa kredit hingga menyalin dan menempel dari karya lain.
Universitas memutuskan bahwa Giffey dapat mempertahankan gelar 'doktor' -aset yang sangat berharga di Jerman-tetapi mengeluarkan teguran, yang memicu kecurigaan lebih lanjut mengenai pekerjaannya.
Penyelidikan baru dibuka pada 2020 dan media Jerman melaporkan pekan lalu bahwa universitas telah memutuskan untuk mencabut gelar doktor, meskipun keputusan akhir belum dibuat. Sambil mempertahankan bahwa dia menulis tesis "sejauh pengetahuan dan keyakinan saya", Giffey mengatakan pada hari Rabu bahwa dia menawarkan pengunduran dirinya sebagai hasil dari "proses yang sedang berlangsung dan memberatkan".
SPD Berlin masih bisa 'mengandalkan saya' sebagai kandidat mereka pada bulan September, katanya. Mantan menteri pertahanan Jerman Karl-Theodor zu Guttenberg dan menteri pendidikan Annette Schavan masing-masing dipaksa mengundurkan diri pada tahun 2011 dan 2013 atas tuduhan plagiarisme.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menghadapi tuduhan serupa pada tahun 2015 tetapi dibebaskan oleh Medical University of Hanover meskipun terdapat "kekurangan yang jelas" dalam atribusi referensi.