Pembatalan Olimpiade Tokyo sedang ramai digaungkan. Jepang dipaksa memilih antara kerugian ekonomi atau kesehatan.
PINUSI.COM – Pembatalan Olimpiade Tokyo adalah opsi yang paling dihindari bagi Komite Olimpiade Internasional (IOC) dan Pemerintahan Jepang.Namun angka penyebaran Covid-19 cukup mengkhawatirkan, lebih dari 12 ribu kematian di Jepang.
Karenanya, opsi yang paling dihindari ini justru menjadi yang paling disuarakan sejumlah pihak. Akan tetapi dari sisi ekonomi, Jepang mengaku telah menghabiskan 15,4 miliar dolar Amerika Serikat (AS) untuk menyelenggarakan Olimpiade, meskipun audit pemerintah mengatakan jumlahnya mungkin jauh lebih tinggi.
Dari segi pendapatan pun, bergantung pada penjualan hak siar yang mencapai 75 persen dari seluruh pendapatan. Diyakini mampu mendulang penghasilan sekitar 2-3 miliar dolar AS. Sejauh ini, penggemar dari luar negeri akan dilarang, dan penyelenggara bulan depan mengatakan penggemar lokal bisa hadir.
Anggota senior IOC asal Kanada, Richard Pound menyatakan akan berfokus meyakinkan orang Jepang—dan audiens global—bahwa Olimpiade tidak akan dibatalkan. Menurutnya tidak ada alasan yang dapat menghalangi gelaran Olimpiade Tokyo.
"Penyelenggara sekarang telah mengubah persneling dan mereka sedang menjalankan bagian operasionalnya. Kecuali Armageddon yang tidak dapat kita lihat atau antisipasi, hal-hal ini dapat dilakukan," katanya Pound dalam sebuah wawancara minggu ini di London's Evening Standard, dilansir AFP, Kamis (27/5/2021).
Akan tetapi hal tersebut mendapat protes keras dari kalangan medis. Sebagaimana yang disampaikan Ketua Persatuan Dokter Jepang, Naoro Ueyama, menyebut tidak sepadan membandingkan Armageddon dengan Olimpiade Tokyo. Dia pun mempertanyakan mindset dari para pihak yang mencoba menyandingkannya.