PINUSI.COM - Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) mengatakan bahwa stabilitas sistem keuangan dan perekonomian sudah cukup terjaga sampai akhir 2022 tetapi memang ada risiko yang melonjak pada 2023 karena diperkirakan masih berat.
Rapat ini dilaksakana bersama dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar, dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa.
BACA LAINNYA : Ketua Asosiasi E-Commerce Buka Suara terkait Badai PHK Perusahaan Teknologi!
Dalam hasil rapat KSSK secara keseluruhan indikator perekonomian dan sistem keuangan domestik sudah membaik di kuartal IV karena tekanan dari sisi global yang mereda. tekanan yang mereka ini mulai dari tekanan inflasi.
Sebenarnya khusus inflasi ini masih di level tinggi karena adanya ketinggian dari harga energi dan pangan, gangguan rantai pasok dan masih ketat pasar tenaga kerja terutama yang ada di Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
Ketidakpastian pasar keuangan global sudah mulai berkurang karena meningkatkan aliran modal global dan berkurang tekanan pelemahan dari nilai tukar, didukung dengan membaiknya prospek ekonomi di China karena penghapusan Zero Covid Policy sehingga bisa mengurangi risiko lambatnya ekonomi global.
Nilai tukar rupiah sampai dengan 27 Januari 2023 tercatat mampu menguat 3,89% (ytd) dibandingkan dengan level terakhir Desember 2022. Penguatan Rupiah ini relatif lebih baik lagi dari pada mata uang sejumlah negara berkembang lainnya seperti Malaysia (3,83% ytd), Filipina (2,30% ytd), dan India (1,46% ytd).
Editor : Cipto Aldi