PINUSI.COM - Disaat negara dan pemerintah mengupayakan teknologi bangunan anti gempa, justru masyarakat adat asal NTT yakni suku adat Sasak sudah visioner, dimana bangunan rumah adat tersebut anti gempa.
Suku adat NTT bernama suku adat Sasak memiliki rumah adat tahan gempa bernama Bale Tani. Bale Tani sendiri memakai kayu sebagai pasak yang menghubungkan antar-rangka yang satu dengan yang lain.
BACA LAINNYA: Siap-Siap! Pemilik Sepada Motor Listrik Wajib Punya SIM, Aturan Berdasarkan Jarak Tempuh
Inaq Buncis tetua adat dari Dusun Ende, masyarakat adat Sasak menjelaskan Bale Tani sendiri menggunakan bahan material yang didapatkan dari wilayahnya.
Struktur bangunan sendiri meliputi kayu yang menjadi tiang, anyaman bambu untuk dinding, atap dari ilalang, dan lantai dari tanah liat yang dilumuri kotoran sapi sebagai perekat.
Masyarakat Adat Sasak sendiri yakin apabila goncangan akibat gempat terhadap pasak semakin kuat, maka ikatan antar-rangka rumah pun akan semakin kokoh.
“Bale Tani merupakan salah satu bangunan yang paling aman didiami saat terjadi bencana alam, terutama gempa bumi,” katanya.
Inaq Buncis juga menjelaskan saat terjadinya gempa di Lombok pada tahun 2018 lalu. Bahwa warga memang sebelumnya sudah merasakan bencana lebih besar yakni pada tahun 1977 yang memakan banyak korban jiwa, sehingga warga sudah tidak takut dan melupakan hal itu.
BACA LAINNYA: Usai Kalah Telak, Jeka Saragih Si Pria Tengil Gagal Menuju UFC
“Kami tidak pernah lagi memikirkan bencana yang telah banyak memakan korban jiwa itu. Kami sudah tidak takut,” katanya.
Lebih lanjut, Inaq menuturkan keberanian warga dalam menghadapi bencana seperti gempa karena warga sudah belajar memitigasi diri.
Upaya untuk mitigasi sendiri atasi bencana alam sudah berjalan turun temurun dari nenek moyang suku Sasak.
“Cara ini telah menjadi satu budaya yang bisa ditemukan dalam kearifan lokal Suku Sasak yang hingga saat ini masih dipelihara di beberapa wilayah yang ada di Pulau Lombok,” ungkapnya.
Meskipun begitu, Bale Tani ini sudah langka dan ia berharap anak anak terus menjaga budaya terutama Bale Tani ini.
Editor : Costa Rando Masihin