PINUSI.COM, Jakarta - Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi kembali menyelenggarakan program pertukaran mahasiswa Merdeka (PMM) angkatan kedua, pada angkatan kedua ini PMM diselenggarakan secara offline sehingga mahasiswa dapat atmosfir pengalaman yang lebih realis dan bersubtansi, Rabu (11/05/2022).
Program yang dilaksanakan oleh Kemendikbud melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Diktiristek), Nizam selaku Direktur Jendral Ditjen Diktiristek dalam kesempatannya menyampaikan dalam program yang dilaksanakan secara luring diharapkan menjadikan mahasiswa beradaptasi pada lingkungan baru dan berinteraksi dengan tenaga pendidik atau mahasiswa yang berbeda daerah
“Menjadi sangat penting, selama satu semester saya harap kegiatan ini bisa terselenggara secara luring dan ini menjadi kali pertama agar kalian (para peserta) merasakan hidup di tengah lingkungan baru, membangun persahabatan dan berinteraksi secara intens dengan mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan dari berbagai pulau," ujar Nizam
Nizam berharap juga program PMM tersebut dapat memberikan pengalaman, penguatan, mempererat hubungan antarmahasiswa lintas kampus, lintas pulau, dan lintas daerah.
“Guna menyiapkan mahasiswa sebagai pemimpin bangsa masa depan yang andal serta memahami dinamika keragaman budaya, suku, dan agama sebagai satu potensi bangsa yang sangat besar sebagai modal utama dalam mewujudkan Indonesia emas yang kita cita-citakan bersama,” tambahnya
Sisi lain Ketua PMM 2, Rachmawan Budiarto menambahkan, tahun ini sekitar 16 ribu mahasiswa yang mengikuti program PMM secara offline. Dan mahasiswa dapat memilih satu dari 194 perguruan tinggi selama kuota masih tersedia, dan Mahasiswa dapat memilih mata kuliah maupun program studi yang sama atau berbeda.
“Total ada 25 kali kegiatan dalam satu semester yang mencakup seluruh komponen kegiatan yang merujuk pada Modul Nusantara,” ujarnya
Rachmawan menjelaskan pihaknya akan mendorong mahasiswa untuk mengambil 20 SKS di perguruan tinggi penerima. Dengan komposisi, empat SKS di antaranya Modul Nusantara dan 16 SKS adalah mata kuliah yang diambil pada perguruan tinggi penerima. Alternatif lain yaitu mahasiswa mengambil enam SKS pada perguruan tinggi pengirim dan 14 SKS sisanya diambil pada perguruan tinggi penerima.
“Nanti kalian akan bekerja sama dengan pengelola di perguruan tinggi pengirim dan penerima dalam hal keberangkatan, kepulangan, aktivitas pembelajaran, maupun hal teknis apapun, termasuk pengakuan kredit. Maka aktiflah menghubungi pengelola (person in charge atau PIC) pada perguruan tinggi anda masing-masing dan silakan kalian berdiskusi dengan orang-orang yang berwenang,” ucap Rachmawan.
Rachmawan juga berpendapat bahwa mahasiswa perlu untuk merasakan keragaman budaya. Pertemanan lintas budaya melalui program PMM yang berlangsung satu semester menurutnya penting untuk memupuk rasa percaya diri dalam berpendapat, menuangkan ide, dan mengasah kepekaan sosial.
“Suatu kesempatan luar biasa selama satu semester bisa mengikuti mata kuliah di luar program studi. Namun, peluang ini hanya untuk peserta yang belum pernah mengikuti PMM. Yang menarik adalah kalian bisa merasakan berkuliah lintas perguruan tinggi baik negeri maupun swasta, serta lintas prodi. Ingatlah, meski adik-adik bertukar sementara yakni hanya satu semester tapi maknanya akan ada untuk selamanya baik secara pribadi, institusi, maupun makna bagi Indonesia kita tercinta,” pungkasnya.