PINUSI.COM - Sri Lanka kini tengah menjadi sorotan mata dunia, pasalnya negara tersebut sedang menghadapi krisis ekonomi yang parah bahkan Presidennya bernama Gotabaya melarikan diri.
Akibat peristiwa krisis ekonomi tersebut banyak konflik hadir ditengah masyarakat Sri Lanka, namun krisis ekonomi bukan hanya menimpa negara yang berjuluk Mutiara Samudera Hindia, tetapi juga negara lain mengalami krisis ekonomi, dan jika tidak cepat ditangani dampaknya akan seperti Sri Lanka. Berikut beberapa negara yang sedang mengalami krisis ekonomi dan bisa berdampak bangkrut.
- Argentina
Argentina adalah negara yang kaya akan SDA dan memiliki sektor pertanian yang maju namun bank sentralnya kehabisan cadangan devisa karena mata uangnya melemah. Bahkan inflasinya menginkak 70% pada tahun 2022.
Akibat dampak inflasi tersebut, masyarakat Argentina memilih bertahan hidup dengan gerakan sosial seperti menggelar dapur umum untuk makan dan program kesejahteraan pemerintah.
- Lebanon
Negara berjuluk Swissnya Timur Tengah ini nyaris senasib Sri Lanka, pasalnya banyak aspek yang membuat Lebanon ini diambang kebangkrutan yakni seperti kekurangan uang, keruntuhan mata uang, eskalasi kemiskinan, inflasi yang tinggi, hingga perang saudara.
Pada Juni 2021, dengan mata uang yang telah kehilangan hampir 90% nilainya, Bank Dunia mengatakan krisis tersebut menempati peringkat salah satu yang terburuk di dunia dalam lebih dari 150 tahun.
- Mesir
Eskalasi inflasi Mesir melonjak mencapai 15% pada April, akibat peningkatan inflasi membuat hampir sepertiga dari 103 juta penduduknya mengalami kemiskinan. Penduduk Mesir sebelumnya sudah merasakan penderitaan dari program Reformasi ambisius dimana mencakup penghematan floating maya uang nasional dan pemotongan subsidi bahan bakar, listrik dan air.
Bank sentral Mesir menaikkan suku bunga untuk mengekang inflasi dan mendevaluasi mata uang, menambah kesulitan dalam membayar utang luar negeri Mesir yang cukup besar. Cadangan devisa bersih Mesir pun telah.
- Myanmar
Negara Myanmar mengalami penurunan ekonomi akibat ketidakstabilan politik serta pandemi covid 19. Salah satu faktor terbesar juga yakni, tentara merebut kekuasaan pada Februari 2021 lalu saat dari pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi.
Pasca perebutan oleh tentara, pengendara kepemilikan komersial dalam segi ekonomi membuat ekonomi negara Myanmar mengalami kontraksi sebesar 18% pada tahu 2021 dan menjadi tidak tumbuh tingkat ekonominya pada 2022.
Penduduk Myanmar hampir lebih dari 700.000 orang melarikan diri dari rumahnya dan juga diusir oleh kekerasan politik dan juga konflik bersenjata.
- Laos
Negara berjuluk Negeri Seribu Gajah ini mengalami percepatan pertumbuhan ekonomi sebelum pandemi melanda. Tetapi justru utangnya malah melonjak saat pandemi.
Depresiasi 30% dalam mata uang Laos, kip, telah memperburuk kesengsaraan itu. Kenaikan harga dan hilangnya pekerjaan karena pandemi mengancam akan memperburuk kemiskinan.
- Turki
Menurut CIA World Factbook negara Turki merupakan negara maju dan juga merupakan negara dengan PDB nominal terbesar ke-18 dan PDB menurut PPP terbesar ke-17 di dunia.
Namun memburuknya keuangan pemerintah dan meningkatnya defisit neraca perdagangan dan modal telah memperparah masalah Turki dengan utang yang tinggi dan meningkat. Inflasi pun melambung di atas 70% dengan tingkat pengangguran yang tinggi.
Akibat inflasi yang melambung bank sentral terpaksa gunakan cadangan devisa guna tepis krisis mata uang setelah lira jatuh ke posisi terendah sepanjang masa terhadap euro dan dolar AS pada akhir 2021. Turki sendiri memiliki utang luar negeri mencapai sekitar 54% dari PDB.