PINUSI.COM - Silicon Valley Bank telah mengalami kebangkrutan belum lama ini. Hal itu membuat gempar hampir seluruh dunia. Lantaran Silicon Valley Bank adalah salah satu bank terbesar di dunia.
Kebangkrutan yang dialami oleh Silicon Valley Bank sempat membuat banyak negara khawatir termasuk Indonesia. Akankah hal tersebut memberikan dampak buruk bagi banyak negara.
Namun, Eko Listiyanto selaku Wakil Direktur INDEF menjelaskan bahwa Indonesia hampir tidak terdampak. Dikarenakan relasi antara startup dan perbankan Indonesia dengan Silicon Valley Bank relatifnya sangat kecil. Jadi kemungkinan implikasinya terhadap perekonomian Indonesia tidaklah besar.
BACA LAINNYA : Setelah Diminta Sri Mulyani, PPATK Akhirnya Serahkan Data Transaksi Rp 300 T ke Kemenkeu
Meski begitu, Eko Listiyanto menghimbau untuk tetap berwaspada. Kita tetap harus melakukan sesuatu jangan hanya diam saja. Untuk saat ini kita harus kembali mereview tingkat prudential serta kehati-hatian. Nantinya, akan terlihat mana bank yang lebih memerlukan pengawasan yang lebih serius.
Eko Listiyanto juga mengungkapkan bahwa tentu saja dampaknya ada namun tidak langsung. Terlihat dari volatilitas IHSG yang naik. Seperti dengan menurunnya harga saham Credit Suisse yang berhubungan pada sektor rill.
Hal ini bisa memunculkan sentimen negatif pada pasar global, pasar keuangan khususnya di pasar perbankan yang jika tidak diatasi akan melebar. Tapi bangkrutnya Silicon Valley Bank juga memberikan dampak positif bagi Indonesia. Jika suku bunga The Fed menyusut, bahkan diprediksi pada akhir tahun nanti akan turun hingga 100 basis poin. Tekanan rupiah seharusnya menjadi berkurang. Hal itu menjadi kabar baik bagi rupiah karena nilainya bisa meningkat.
Tapi harus diketahui ada beberapa hal yang bisa membuat rupiah meningkat. Yaitu dengan terkendalinya pasar saham serta inflasi di negara kita.
Editor : Cipto Aldi