PINUSI.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mulai melirik hilirisasi sektor perkebunan dan kelautan.
Menurutnya, kebijakan itu dapat membuat petani di kedua sektor tersebut menghasilkan produk bernilai tambah.
"Memang ini harus ada yang dikonsolidasikan. Jadi enggak hanya terus menerus jualan mentahan saja."
BACA LAINNYA: Kisruh KPK vs Basarnas, Jokowi Bakal Evaluasi Penempatan Perwira TNI Aktif di Jabatan Sipil
"Perbankan juga saya sampaikan akses pembayaran berikan ke mereka," kata Jokowi, dikutip dari cnnindonesia, Senin (31/7/2023).
Ia mencontohkan, hilirisasi bisa dilakukan kepada kelapa. Sebagai penghasil kelapa terbesar di dunia, Indonesia menghasilkan 16,8 juta ton kelapa per tahun, dengan petani mencapai 4,1 juta kartu keluarga.
Jika kelapa bisa diolah menjadi nata de coco, maka bisa menghasilkan nilai tambah 3,6 kali lipat, dan jika diolah menjadi kelapa parut, bisa menambah nilai tambah 6 kali lipat.
BACA LAINNYA: Resmikan Sodetan Ciliwung, Jokowi: Paling Tidak Enam Kelurahan Enggak Banjir Lagi
Tidak hanya di sektor perkebunan, Jokowi mengatakan Indonesia memiliki potensi rumput laut yang besar dan menjadi produsen terbesar kedua di dunia.
Saat ini, petani rumput laut baru 63 ribu KK, dan produksinya mencapai 10,2 juta ton per tahun. Namun, rumput laut masih diekspor mentah, terutama ke Filipina.
Padahal, kata Jokowi, rumput laut bisa diolah menjadi tepung agar-agar, dengan nilai tambah 3,8 kali lipat, dan menjadi minuman olahan dengan nilai tambah tiga kali lipat.
"Padahal baru dikerjakan dengan scope yang sangat terbatas itu (kita) sudah nomor dua di dunia."
"Kalau bisa besar-besaran di sini gampang sekali, karena pesisir kita terpanjang di dunia," tuturnya. (*)
Editor: Yaspen Martinus