PINUSI.COM - Cabang-cabang McDonald's di negara-negara Muslim di Timur Tengah, menolak keputusan McDonald's Israel memberikan makanan gratis kepada militer Israel.
Waralaba McDonald's di Arab Saudi, Oman, Kuwait, Uni Emirat Arab, Yordania, Mesir, Bahrain, dan Turki, mengakhiri hubungan dengan mitra mereka di Israel, dan bersama-sama berkomitmen menyumbangkan lebih dari $3 juta sebagai dukungan bagi warga Palestina yang terkena dampak serangan di Gaza.
"Marilah kita bersatu dalam upaya kita mendukung komunitas di Gaza dengan segala yang kami miliki."
"Mari kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, agar melindungi negara kami yang tercinta, dan semua negara Arab dan Muslim dari segala bentuk kejahatan dan permusuhan," kata pihak McDonald's Oman, yang berjanji menyumbangkan $100,000 sebagai bantuan kemanusiaan untuk Gaza, dalam sebuah postingan di media sosial, pekan lalu.
Setelah mendeklarasikan dukungannya kepada pasukan Israel, akun Instagram McDonald's Israel dialihkan menjadi 'akun pribadi atau privat,' sebagai respons atas kemarahan yang diterima dari pelanggan di negara-negara Arab dan Muslim.
Walaupun McDonald's adalah salah satu merek Amerika yang paling terkenal, sebagian besar restoran McDonald's di seluruh dunia dimiliki dan dijalankan oleh pemilik lokal.
McDonald's tidak memiliki cabang di wilayah Gaza atau Tepi Barat, tetapi Israel telah menghadapi konfrontasi dengan pejuang Hizbullah di Lebanon, yang memiliki restoran McDonald's Amerika.
“Meskipun Rusia dan Ukraina sama-sama memiliki McDonald’s pada tahun 2022, mereka tetap berperang."
"Kini, konflik-konflik di dalam kerajaan McDonald’s mencerminkan tekanan dan ketegangan yang sebenarnya di wilayah tersebut,” tulis Al Jazeera.
McDonald’s bukanlah merek global pertama yang terlibat dalam kontroversi, karena pendiriannya terhadap konflik Israel-Palestina.
Beberapa konsumen dari brand retail Zara di Spanyol pada tahun lalu memutuskan memboikot brand tersebut, setelah ketua waralaba Israel Joey Schwebel, pengusaha yang memegang kewarganegaraan Kanada dan Israel, menjadi tuan rumah sebuah kampanye untuk menteri sayap kanan Israel, Itamar Ben-Gvir, di tempat tinggalnya. (*)