PINUSI.COM - Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (Elsam) meminta calon presiden yang maju pada Pilpres 2024, memikirkan solusi terhadap pemulihan para korban kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).
Manajer Program Elsam Ahmad Mustafad Vauzi menyebut, dari tiga calon yang maju dalam Pilpres 2024, belum ada yang spesifik memaparkan upaya memulihkan korban karhutla.
"Mendekati pergantian pemimpin, kami melihat sangat minim visi misi calon presiden yang membicarakan tentang kasus karhutla," kata Vauzi saat ditemui di Jakarta Selatan.
Kalaupun ada, kata Vauzi, hal tersebut hanya membicarakan porsi ekonomi serta porsi lingkungannya saja.
Vauzi juga menjelaskan, kasus kebakaran hutan dan lahan kerap terjadi setiap tahun, dan solusi efektif untuk memulihkan korban belum ada.
Dengan demikian, para kandidat calon pemimpin perlu mempunyai visi misi yang jelas terkait pemulihan korban karhutla.
Sebab, kata Vauziaa, kabut asap akibat karhutla menyebabkan jutaan orang menderita infeksi saluran pernapasan, bahkan merenggut nyawa sepanjang tahun.
"Saya rasa ini penting untuk para kandidat mencari jalan keluar, semoga ke depan ada solusi untuk pemulihan korban karhutla," harapnya.
Berdasarkan data tahun 2015, Bank Dunia mencatat jumlah kerugian yang dialami Indonesia akibat kebakaran hutan dan lahan gambut seluas 2,61 juta hektare, senilai Rp220 triliun.
"Dan memang pada 2015 adalah salah satu kejadian karhutla yang mungkin terbesar yang pernah ada di Indonesia, sekitar 2,61 juta terbakar pada saat itu," ujar Vauzi.
Lebih lanjut Vauzi menerangkan, pasca-kejadian itu, masyarakat sipil kemudian terus mengadvokasi agar karhutla tidak lagi terulang.
Kendati begitu, karhutla terulang kembali, tepatnya pada 2019. Saat itu, Indonesia mengalami kerugian sebesar Rp72 trilun, akibat peristiwa kebakaran hutan dan lahan gambut seluas 1,64 juta hektare.
"Kerugian itu timbul akibat dampak langsung maupun tidak langsung. Mulai dari perkantoran libur, sekolah libur, pembatalan penerbangan pesawat, maupun aktivitas ekonomi berhenti hingga dampak kesehatan," terangnya.
Sementara, data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), selama periode Januari hinhga Oktober 2023, luas kebakaran hutan dan lahan di Indonesia mencapai 994,313 hektare.
Dari total 994,313 hektare hutan dan lahan yang terbakar itu, seluas 66.287 hektare adalah areal hutan, atau setara 7 persen, sedangkan areal non hutan yang mengalami kebakaran mencapai 928.025 hektare atau setara 93 persen. (*)