PINUSI.COM - Keluarga korban pelanggaran HAM berat mengekspresikan kekecewaan terhadap pernyataan Prabowo Subianto dalam debat perdana pada Selasa (12/12/2023) lalu.
Mereka menyoroti jawaban Prabowo yang tidak memadai, terkait nasib korban penghilangan paksa pada 1997-1998, saat menanggapi pertanyaan dari Ganjar Pranowo.
Nafilah, anggota keluarga korban yang berusia 32 tahun, anak semata wayang Noval Alkatiri, mengungkapkan ketidakpuasan mereka terhadap respons Prabowo.
Terutama, ia mencatat Prabowo terlihat grogi dan menggunakan tisu untuk menyeka keringat saat pertanyaan tersebut diajukan.
Nafilah heran mengapa Prabowo terlihat grogi dan menuntut jawaban yang lebih jelas terkait isu tersebut.
Ini merupakan kali pertama Nafilah membicarakan kasus penculikan ayahnya, setelah menjaga rahasia untuk waktu yang lama.
Dalam acara 'Keluarga Korban Penghilangan Paksa Bicara' yang diinisiasi oleh Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia (IKOHI), ia mengingatkan tentang janji penyelesaian kasus penculikan tersebut.
Sebelumnya, dalam debat calon presiden, Ganjar menanyakan apakah Prabowo bersedia membantu menemukan lokasi pemakaman korban yang hilang.
Dalam pertanyaan berikutnya, Ganjar menyampaikan, keluarga korban masih menantikan informasi dan ingin mengetahui lokasi pemakaman korban.
Prabowo merespons dengan menyatakan masalah tersebut telah ditangani oleh calon wakil presiden.
Mendengar tanggapan Prabowo yang menyatakan isu pelanggaran HAM berat selalu muncul setiap lima tahun pemilihan umum, Nafilah mengungkapkan perasaan keluarga korban tidak dianggap serius.
Dia menilai, jawaban Prabowo dalam debat tersebut tidak memberikan kejelasan terkait keberadaan orang-orang yang diculik.
Nafilah menuntut Menteri Pertahanan itu mengidentifikasi lokasi pemakaman para korban, jika memang mereka telah meninggal.
Dalam daftar penculikan aktivis, masih terdapat 13 orang yang belum ditemukan hingga saat ini.
Nafilah menegaskan, Prabowo menyatakan hanya sembilan orang yang diculik, namun kenyataannya tidak demikian.
Menurutnya, meskipun banyak tokoh yang terlibat dalam kasus penghilangan paksa yang bergabung dengan Prabowo, jejak digital yang mengonfirmasi kebenaran penculikan tersebut ada dan terbukti.
Sebagai contoh, ia mengutip cerita Faisal Reza, yang pernah menjadi korban penculikan, sempat bertemu dengan Yani Afri, seorang korban penculikan yang akhirnya dipulangkan.
Nafilah mengekspresikan harapannya agar pemerintah tidak meremehkan kasus ini, dan tidak menganggapnya sebagai pelanggaran yang biasa.
Dia menyatakan, Prabowo tidak menganggap enteng kasus penghilangan ini, dan berharap agar ayahnya bisa kembali dengan selamat.
Keluarga korban sedang menyiapkan naskah kontrak politik untuk diajukan kepada calon presiden, yang mencakup empat rekomendasi DPR, mengenai penyelesaian masalah HAM berat di masa lalu. (*)