PINUSI.COM - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama seluruh pemangku kepentingan terkait, berhasil menekan jumlah dampak bencana alam sepanjang tahun 2023.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPN Abdul Muhari menyebut, pihaknya tak bisa menekan frekuensi bencana seperti banjir dan kebakaran hutan dan lahan (karhutla), yang berkaitan dengan daya tampung manusia.
"Tetapi, BNPB bersama stakeholder terkait bisa menekan dampaknya, dihitung dari frekuensi bancana dan rumah rusak," kata Abdul Muhari dalam Disaster Briefing.
Dia menjelaskan, berdasarkan data yang dihimpun BNPB, pihaknya berhasil menekan angka kerusakan rumah, dengan total 32.809 rumah rusak dari 4.878 bencana alam yang terjadi sepanjang 2023.
"Angka tersebut menunjukkan penurunan dari 95.403 rumah rusak dari 3.544 bencana alam pada 2022, serta 158.659 rumah rusak dari 5.402 jumlah bencana alam pada 2021," ungkapnya.
Abdul Muhari menyebut penekanan angka dampak bencana alam juga dapat diukur dengan jumlah korban meninggal dibandingkan korban terdampak.
"Ini menggambarkan respons cepat penanganan korban terdampak."
"Kalau kita bandingkan keseluruhan, berapa exposed population terdampak dan korban jiwa yang ada, itu bisa kita tekan di 2023," jelasnya.
Menurut dia, pihaknya juga berhasil menekan angka korban yang meninggal atau hilang menjadi 292 korban, dari 8.601.616 korban terdampak pada 2023.
"Setelah 2022, terdapat 895 korban meninggal atau hilang dari 6.087.878 korban terdampak, serta 815 korban meninggal atau hilang dari 8.265.462 korban terdampak pada 2021," bebernya.
Dia menyebut, lonjakan perbandingan pada tahun lalu dipengaruhi bencana gempa bumi yang meluluhlantakkan Cianjur, Jawa Barat.
Dalam kasus bencana alam rutin seperti banjir, jumlah perbandingannya terbukti dapat ditekan.
"Pada 2023 terdapat 84 korban meninggal atau hilang, dari 4.045.458 korban terdampak yang disebabkan oleh 1.130 kasus banjir," terangnya.
Menurut dia, angka tersebut menurun dari 128 korban meninggal atau hilang, dari 5.722.351 korban terdampak, yang disebabkan 1.531 kasus banjir pada 2022.
Lalu, 337 korban meninggal atau hilang, dari 7.900.813 korban terdampak yang disebabkan oleh 1.794 kasus banjir.
Sebab, kata Abdul, kasus banjir mutlak dipengaruhi respons seberapa cepat pihaknya melakukan penanganan terhadap korban.
"Dan semakin cepat kita melakukan operasi darurat, maka semakin mungkin dampak terhadap korban bisa berkurang," ucapnya.
Dengan begitu, di pengujung 2023, pihaknya mengimbau seluruh pemangku kepentingan mewaspadai adanya bencana alam yang dapat timbul sewaktu-waktu.
"Salah satunya dengan mengupayakan apel kesiapsiagaan untuk memastikan ketersediaan alat, perangkat, personel, dan anggaran, agar dapat menanggulangi bencana alam dengan efektif," paparnya. (*)