PINUSI.COM - Ketua Komisi I DPR Meutya Hafid menegaskan, data pertahanan memiliki karakter rahasia dan berisiko terhadap kedaulatan negara, jika diungkapkan secara terbuka kepada publik.
Pernyataan ini merespons permintaan beberapa calon presiden kepada Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, untuk membuka data pertahanan negara pada debat ketiga Pilpres 2024.
"Data pertahanan negara tidak bisa sembarangan dibuka."
"Sifatnya rahasia negara, confidenti. Hanya bisa dibuka di kalangan tertentu," kata Meutya lewat keterangan tertulis, Senin (8/1/2024).
Meutya Hafid mengingatkan, data pertahanan negara tidak boleh dibuka secara sembarangan, karena sifatnya yang bersifat rahasia dan confidenti. Hanya kalangan tertentu yang memiliki akses untuk memahami informasi tersebut.
Ia menilai, para calon presiden yang meminta pembukaan data pertahanan negara tidak sepenuhnya memahami risiko yang mungkin timbul, terutama karena debat tersebut disiarkan secara langsung oleh media dan dapat menjadi perhatian dunia.
Meutya Hafid mengapresiasi sikap Prabowo Subianto yang tidak terpancing membuka data pertahanan negara dalam debat.
"Alhamdulillah, Pak Prabowo tidak terpancing untuk membuka data pertahanan kita."
"Menurut saya ini bentuk kenegarawanan, mementingkan negara di atas politik meski sudah dicecar sebegitu rupa," tuturnya.
Menurutnya, keputusan tersebut mencerminkan kenegarawanan, di mana Prabowo lebih mementingkan kepentingan negara di atas kepentingan politik pribadi, meski telah mendapat tekanan dan pertanyaan yang intens.
Sebagai seorang legislator yang membidangi pertahanan, luar negeri, komunikasi, informatika, serta intelijen, Meutya Hafid berpendapat debat yang membahas pertahanan negara seharusnya menjadi ranah persatuan antara calon presiden.
Ini karena isu pertahanan memiliki sifat rawan terhadap kedaulatan bangsa, dan membutuhkan pendekatan yang hati-hati untuk menjaga keamanan dan kestabilan negara. (*)