PINUSI.COM - Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), karena dana asing keluar dari pasar keuangan domestik untuk pertama kalinya, sejak minggu ketiga November 2023.
Rupiah hari ini dibuka di level Rp 15.545/USD, naik 0%, lapor Refinitiv.
Namun beberapa menit kemudian, rupiah terdepresiasi sebesar 0,03% menjadi Rp15.550/USD.
Tekanan terhadap rupiah bersumber dari dalam dan luar negeri.
Bank Indonesia (BI) merilis data transaksi periode 8-11 Januari 2024.
Berdasarkan catatan, investor asing di pasar keuangan domestik melakukan penjualan bersih sebesar Rp1,61 triliun, termasuk penjualan bersih sebesar Rp3,21 triliun pada 2024.
Di pasar Surat Berharga Negara (SBN), terjadi pembelian bersih di pasar saham sebesar Rp2,08 triliun, dan penjualan bersih Surat Berharga Bank Indonesia (SRBI) sebesar Rp0,48 triliun.
Langkah investor asing ini mematahkan aliran masuk selama delapan minggu berturut-turut, yang dimulai pada minggu ketiga November 2023.
Keluarnya dana asing dari pasar domestik dapat menimbulkan sentimen negatif di pasar keuangan, termasuk potensi depresiasi nilai tukar rupiah.
Tidak berhenti sampai di situ, data inflasi AS baik dari sisi konsumen (CPI) maupun produsen (PPI) mengalami peningkatan, atau dengan kata lain semakin menjauh dari target bank sentral AS (Federal Reserve).
Laju inflasi Negeri Paman Sam naik menjadi 3,4% (year-on-year) pada akhir 2023, naik dari 3,1% pada November 2023.
Sementara, secara bulanan (month-on-month/mtm), CPI Negeri Paman Sam pada Desember 2023 juga naik menjadi 0,3% dari 0,1% pada November 2023.
Inflasi PPI juga meningkat menjadi 1% year-on-year, meskipun angka ini lebih rendah dari ekspektasi pasar yang memperkirakan PPI akan naik menjadi 1,3% per tahun.
Kedua peristiwa ini memberi tekanan pada mata uang Garuda, karena mengancam akan terapresiasi indeks dolar AS, dan suku bunga The Fed bertahan lebih lama di level 5,25-5,5%. (*)