PINUSI.COM - Anggota Komisi IX DPR Netty Prasetiyani Aher menegaskan, adanya temuan kasus polio menjadi tantangan baru bagi sistem kesehatan Indonesia.
Sehingga, dia mengimbau semua pihak waspada terhadap kasus KLB polio ini.
“Ini persoalan penting yang harus diperhatikan."
"Jangan karena sudah memegang sertifikat bebas polio sejak 2014, kita menjadi terlena dan tidak mawas diri."
"Salah satu indikatornya adalah penurunan cakupan imunisasi balita,” kata Netty.
Netty mengungkapkan, menurut data Kemenkes, telah terjadi penurunan cakupan vaksin polio, baik OPV maupun IPV, sejak 2 tahun terakhir.
Pada2020, cakupan vaksinasi OPV mencapai 86,8 persen, namun menurun pada 2021 menjadi 80,2 persen.
Bahkan, beberapa daerah cakupan vaksinasinya kurang dari 50 persen sejak 2020.
“Salah satu penyebabnya adalah imbas pandemi Covid-19 yang membuat kegiatan imunisasi untuk anak dan balita terganggu."
"Apalagi, kegiatan Posyandu sempat terhenti."
"Seharusnya pemerintah menyiapkan langkah antisipasi guna mencegah terjadinya penurunan cakupan imunisasi," ujarnya.
Oleh karena itu, Netty mendukung langkah Kementerian Kesehatan terkait imunisasi tambahan, dan juga menyosialisasikan kegiatan PIN Polio ke masyarakat.
Politisi PKS ini juga menekankan agar pemerintah mengimplementasikan vaksinasi polio sesuai prosedur World Health Organization (WHO.
“Pastikan vaksinasi polio dilakukan sesuai dengan pedoman WHO, yaitu, soal cakupannya yang harus di atas 95 persen.
“Jangan sampai masyarakat resisten terhadap vaksinasi akibat disinformasi."
"Libatkan berbagai stakeholder untuk mencegah menyebarnya hoaks."
"Masyarakat harus dicerdaskan bahwa vaksinasi pada saat ini adalah upaya pencegahan penyakit yang telah teruji secara klinis dan ilmiah,” bebernya. (*)