PINUSI.COM - LAB 45 (laboratorium Indonesia 2045) telah menyarankan pemerintah untuk bersikap netral dengan tidak membeli minyak murah dari Rusia. Hal ini bersangkutan dengan aspek politik Internasional yang telah dianut.
Seperti yang diketahui, kebijakan investasi kepada herga beli minyak mentah Rusia masih berlangsung, bahkan mengalami penambahan atau kenaikan terhadap minyak petroleum pada awal bulan ini.
Kajian LAB 45 menetapkan bahwa posisi Internasional dan Indonesia kepada kebijakan harga cenderung berdampak negatif kepada geopolitik dan ekonomi Internasional.
BACA LAINNYA: Minyak Makan Merah Yang Tak Kalah Bermanfaat dari Minyak Goreng Biasa
Untuk pembatasan harga dari sisi geopolitik dapat mempertegang konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina. Unruk dari sisi ekonomi, kebijakan pembatasan harga akan dirasakan dampak positifnya saat kebijakan ini terealisasi secara efektif.
Dalam menanggapi hal diatas, Hery Haerudin selaku Vice President Pertamina Energy Institute PT Pertamina (Persero), mengatakan pembatasan harga minyak rusia dapat mempercepat decoupling global.
Hery mengatakan, Rusia merupakan salah satu produsen minyak terbesar ketiga di dunia setelah Amerika Serikat (AS) dan Arab Saudi dengan produksi yang mencapai 10,78 juta barel perhari atau mencakup 11% produksi minyak dunia.
BACA LAINNYA: Viral! Nasi Minyak dan Faktanya Bagi Kesehatan
Menurut Hery, adanya gangguan terhadap penjualan akan berdampak serius terhadap pasokan energi global. Turunnya pasokan minyak global akan mendorong harga seumber energi lebih tinggi lagi dan memicu inflasi.
Suku bunga yang tinggi juga meningkatkan pembiayaan buat teknologi baru yang mengurangi ketergantungan pada bahan bakar Fosil.
Editor : Costa Rando Masihin