PINUSI.COM – Penolakan vaksinasi Covid-19 paling banyak datang dari warga DKI Jakarta . Hal ini berdasar pada hasil survei yang dirilis lembaga survei Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC). Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria pun buka suara menanggapi hasil survei ini.
Di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (23/3/2021), Riza—sapaan Wagub—kepada para wartawan, menolak warganya disebut banyak yang menolak. Malah Riza menyebut sebaliknya, dia mengklaim justru warga Jakarta berbondong-bondong ingin segera divaksinasi.
Karena tingginya minat warga, sambung Riza, yang menjadi dasar Pemprov DKI terus meningkatkan fasilitas, jumlah pasokan vaksin maupun pelayanan vaksinasi. Semua ini, jelas dia, dilakukan demi mempercepat layanan vaksinasi bagi warga DKI.
"Artinya keinginan warga jauh lebih tinggi dari pada kemampuan kita menyiapkan vaksin, menyiapkan tenaga, menyiapkan sarana prasarana. Karena warga Jakarta sendiri hampir 11 juta," ucap Riza menepis hasil survei.
Dia melanjutkan, jika pun ada beberapa warga Jakarta yang menolak vaksinasi, disebabkan dua faktor. Dugaan dia, warga menolak karena jumlah produsen vaksin lebih dari satu dan karena tahapannya yang dianggap cukup lama.
"Soal masih ada warga yang menolak itu kan disebabkan oleh beberapa hal. Di antaranya mungkin masyarakat Jakarta masih ingin mengetahui lebih jauh lagi terkait vaksin kan ada beberapa produk. Kemudian yang kedua penolakan itu mungkin bukan semata-mata tidak ingin divaksin, kan memang ada tahapannya," tutup dia.
Seperti diketahui, SRMC melakukan survei ini pada periode 28 Februari-8 Maret 2021 menggunakan metodologi multi-stage random sampling yang melibatkan 1.220 responden dengan margin of error 3.07 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Survei ini dibagi menjadi dua demografi, yakni Jawa dan luar Jawa. Hasilnya 33 warga di luar Jawa tidak mau divaksin. Sementara untuk di Jawa, DKI Jakarta menjadi wilayah yang paling tinggi tidak mau divaksinasi Covid-19.
Dalam survei tersebut, SMRC membuat pertanyaan menurut demografi. Ribuan responden yang disurvei, lewat wawancara tatap muka, akan ditanyakan pertanyaan yang berbunyi, jika vaksin tersedia, apakah ibu/bapak akan melakukan vaksinasi COVID-19?