PINUSI.COM - Di pembuka tahun 2022, dunia Kesehatan Tanah Air dikejutkan oleh berita yang mengatakan bahwa Lembaga Eijkman (LBM Eijkman), kini diintegrasikan ke dalam Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), sesuai Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2021.
Melalui akun twitter resmi @eijkman_inst, Lembaga Eijkman menuliskan cuitan “Mulai tanggal 1 Januari 2022, kegiatan deteksi COVID-19 di PRBM Eijkman akan diambil alih oleh Kedeputian Infrastruktur Riset dan Inovasi Badan Riset dan Inovasi Nasional. Selamat Tahun Baru 2022. Salam sehat, WASCOVE. Bersama, kita pulih Kembali. Kami Pamit”
Lalu, apa itu Lembaga Eijkman? Dan apa yang sudah dihasilkan oleh Lembaga tersebut sampai BRIN mengintegrasikannya?
Eijkman adalah Lembaga pemerintah yang fokus dalam penelitian bidang biologi molekuler dan bioteknologi kedokteran. Lembaga ini sebelumnya berada di bawah naungan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdisti)
Nama Lembaga Eijkman diambil dari Christiaan Eijkman. Seorang peraih nobel kedokteran atas penelitian tentang penyakit Beri-Beri yang disebabkan oleh kekurangan senyawa, yang terdapat pada kulit beras, sebuah konsep yang menjadi cikal bakal penemuan vitamin.
Eijkman sendiri adalah dokter syaraf sekaligus akhli mikrobiologi asal Belanda yang menjabat sebagai Direktur pertama waktu Lembaga ini masih Bernama Geneeskundig Laboratorium di tahun 1888-1896.
Setelah 50 tahun Lembaga ini berjalan, nama Lembaga Eijkman digunakan sebagai bentuk penghargaan kepada sang peraih nobel. Sejak 1938, Lembaga Eijkman dipimpin oleh Prof. Dr. Achamd Mochtar hingga dia meninggal di tahun 1945 di Jepang akibat hukuman pancung akibat menyelamatkan peneliti-peneliti di institusinya yang dituduh mencemari vaksin tetanus.
Akibat pergolakan politik dan ekonomi di Tanah Air di medio 60-an, Lembaga Eijkman sempat ditutup dan digabung dengan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
Kebangkitan Lembaga ini baru terlihat Ketika Menteri Riset dan Teknologi era 90-an, yang juga mantan Presiden Republik Indonesia, B.J Habibie, memutuskan untuk membuka Kembali Lembaga Eijkman dan secara sah beroperasi pada Juli 1992, yang kemudian diresmikan Presiden Soeharto pada 19 September 1995
Jutaan riset yang dihasilkan di laboratorium Lembaga Eijkman terus berinovasi, termasuk berinovasi dalam bidang biomolekuler dalam menangani pandemi Covid-19. Lembaga Eijkman memiliki tim waspada Covid-19 atau WASCOVE.
Salah satu kontribusi WASCOVE adalah turut serta dalam penelitian SARS-Cov-2, penelitian plasma konvalesen dan pengembangan vaksin Merah Putih.
Selain hal tersebut kontribusi Tim Wascove juga terangkum sebagai berikut:
1. Mendistribusi lebih dari 155.000 Viral Transport Medium keseluruh provinsi di Indonesia
2. Memeriksa lebih dari 95.000 sampel Covid-19 dari 351 fasyankes
3. Memenangkan Top 5 Kategori Replikasi Kompetensi dan Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2021 dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
4. Mendapat GOLD AWARD kategori Inovasi IT Kesehatan Indonesia Healthcare Innovation Award V 2021
Dengan segudang prestasi dan kontribusi, Lembaga Eijkman kini dibuabarkan pemerintah dan berada di bawah naungan BRIN.
Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko menyampaikan bahwa terintegrasinya Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman ke dalam (BRIN) akan memperkuat kompetensi periset biologi molekuler di Indonesia.
Sebagai info, sejak September 2021, nama Lembaga Biologi Molekuler Eijkman berubah menjadi Pusat Riset Biologi Molekuler (PRBM) Eijkman. (AF)