Kasus stunting di Kabupaten Serang, terbilang tinggi. Kebiasaan masyarakat serta minimnya edukasi dan fasilitas sanitasi adalah dalangnya.
PINUSI.COM – Kasus stunting melanda 10 desa di Kabupaten Serang, Banten. Sulitnya mensosialisasikan pola hidup bersih di masyarakat adalah salah satu hambatan yang dihadapi Kabupaten yang memiliki 726 desa dan 29 kecamatan ini, dalam menekan kasus.
Demikian disampaikan Bupati Serang, Ratu Tatu Chasanah dalam acara Dialog Bersama Masyarakat Penerima Manfaat Pembangunan Air Bersih, Keluarga dengan Anak Stunting, serta Pendamping dari 10 Desa dengan Lokus Stunting Tertinggi di Kabupaten Serang, baru-baru ini.
Dalam dialog itu turut dihadiri pula oleh Kementerian Koordinasi bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA), bersama Baznas, BKKBN, dan perwakilan dunia usaha.
“Namun, kami terus berupaya mengedukasi masyarakat terkait pentingnya hidup bersih dan sehat, pentingnya pemeriksaan kehamilan, mengonsumsi makanan sehat dan bergizi, serta memeriksakan kesehatan anak secara berkala di posyandu,” tutur dia, sebagaimana dikutip dari keterangan tertulis yang redaksi terima, Selasa (23/3/2021) pagi.
Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo menjelaskan stunting dapat dicegah baik melalui imunisasi dan pemenuhan gizi yang cukup melalui makanan yang kaya akan protein dalam 1000 hari pertama masa emas kehidupan anak.
“Stunting masih bisa disembuhkan saat anak belum menginjak usia 1 tahun. Untuk itu, kita perlu bergotong royong menyediakan pemberian makanan tambahan (PMT) yang baik, demi menurunkan angka stunting,” terang Hasto.
Menteri PPPA, Bintang Puspayoga menambahkan, beberapa kebiasaan atau budaya seperti perempuan baru boleh makan setelah anggota keluarganya selesai, pemahaman diet yang menyimpang, dan pantangan makan yang salah bagi ibu hamil, menyebabkan 1 dari 3 ibu hamil alami anemia hingga si anak lahir dalam kondisi kurang gizi.
Karena itu, tegas dia, suami punya peran dalam menekan angka kasus stunting, berkenaan dukungan terhadap istrinya di periode 1000 hari pertama anak. Dimulai dari kehamilan hingga lahirnya anak. Terkait itu, Kemen PPPA hadirkan program Kampung Anak Sejahtera (KAS) untuk mengedukasi soal pola asuh yang baik, dan pemenuhan kebutuhan gizi dalam mencegah serta menurunkan angka stunting.
“Tidak hanya melalui peran pemerintah, komitmen dan sinergi seluruh pihak sangatlah penting dalam mewujudkan desa bebas stunting. Tentunya melalui sinergi untuk berkolaborasi dan berinovasi dalam menurunkan angka stunting ini,” tegas dia.
Sementara itu, Menko PMK Muhajir Effendi menyoroti minimnya fasilitas air bersih dan fasilitas mandi cuci kakus (MCK), yang dia duga sebagai salah satu penyebab kasus stunting. Dia pun mengimbau semua pihak terkait untuk bersinergi menyelesaikan persoalan.
Sekaligus juga, Muhajir meminta seluruh keluarga dengan anak stunting dimasukkan ke dalam daftar penerima manfaat bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) Kementerian Sosial.
“Saya mendapat info bahwa kasus stunting di Desa Sindangsari ada 9 kasus dari 600 kelahiran atau kurang dari 1 persen. Hal ini sudah bagus namun harus terus ditingkatkan,”ucap dia.
Sekadar informasi dalam rangkaian acara, turut juga dilaksanakan penandatanganan Deklarasi Kabupaten Ramah Perempuan dan Layak Anak oleh Bupati Kabupaten Serang, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak, Kependudukan, dan Keluarga Bencana (DP3AKKB) Provinsi Banten dan Dinas terkait lainnya.
Selain itu, disempatkan pula meninjau pembangunan alat penyediaan air minum bersih dan sanitasi perdesaan berbasis masyarakat (PAMSIMAS) di Desa Sindangsari, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Guna memastikan tersedianya kebutuhan air bersih bagi masyarakat sekaligus mendukung percepatan penurunan angka stunting.