Efek samping jadi momok bagi masyarakat hingga beberapa enggan divaksinasi. Karena kabar ngawur.
PINUSI.COM – Efek samping usai mendapat vaksin, lumrah terjadi. Tapi efek dari program nasional vaksinasi Covid-19, diklaim pemerintah ringan dan tidak membahayakan. Selain ringan, juga mudah dirawat dan tidak bertahan lama, hanya 1-2 hari.
Efek samping tersebut, di antaranya, rasa sakit disertai bengkak di sekitar area injeksi (lokasi bekas jarum suntik), merasa kelelahan, sakit kepala, menggigil, bahkan ada yang sampai demam. Memang tidak enak dirasakan, tapi perlu diingat bahwa efek samping adalah sesuatu yang normal.
Fase ini sekaligus juga menjelaskan bahwa tubuh sedang memberi tahu, ada reaksi vaksin. Saat itu, tubuh sedang bekerja membangun imunitasnya. Bagaimana mengatasinya? Tenang, para ahli telah menyarankan beberapa tips yang patut dicoba.
Nyeri di Area Bekas Suntik
Nyeri di tempat suntikan banyak dirasakan usai divaksinasi. Kabar baiknya rasa sakit ini adalah tanda bahwa tubuh mengembangkan respons kekebalan terhadap vaksin. Ada tips untuk mengobatinya, dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat atau CDC.
Sangat disarankan untuk segera lakukan kompres dengan air dingin pada area penyuntikan yang terasa sakit. Tujuannya untuk mengurangi efek peradangan. Jika masih terasa sakit, coba gerakkan lengan. Tetap diam hanya akan meningkatkan rasa nyeri.
Sekujur Tubuh Terasa Tak Enak
Beberapa orang juga merasakan pegal di sekujur tubuh setelah mendapatkan vaksin Covid-19. Untuk mengatasinya, minum banyak air dan istirahat. Mandi air hangat juga bisa membantu. Intinya buat tubuh jadi senyaman mungkin.
Selain itu, ada juga pihak yang alami perubahan di tubuh yang melebihi nyeri otot atau rasa pegal. Terdapat potensi, tubuh akan merasa kelelahan, sakit kepala, dan tak menutup kemungkinan sampai badan demam. Untuk demam, CDC merekomendasikan orang untuk minum banyak cairan dan berpakaian longgar.
"Beberapa orang mengatakan bahwa mereka merasa seperti baru saja melakukan olahraga intensitas tinggi. Otot mereka terasa pegal. Dan tidak hanya di tempat suntikan," kata pakar penyakit menular Fakultas Kedokteran Universitas Stanford, D. Bonnie Maldonado.