Matahari alami kemerosotan signifikan selama pandemi terjadi. Pihak perusahaan berkeluh kesah ke BEI
PINUSI.COM – Matahari atau PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) adalah salah satu pelaku usaha ritel yang cukup terdampak siginfikan sejak pandemi Covid-19 menerpa tanah air. Dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia, pada Kamis (18/2/2021) perseroan ini mengungkapkan belasan gerainya harus tutup karena pandemi.
Detilnya, sebanyak 13 gerai dengan format besar dan 12 gerai khusus harus ditutup akibat pandemi. Dalam persentase, Matahari alami penurunan penjualan kotor hingga 52,3 persen atau sebesar Rp8,6 triliun selama tahun 2020.
Akibatnya, pendapatan bersih perusahaan pun ikut anjlok 52,9 persen atau sebesar i Rp 4,8 triliun. “Sepanjang 2020, Perseroan beroperasi di lingkungan dengan tingkat ketidakpastian yang sangat tinggi,” jelas pihak perusahaan.
Awal mula penurunan ini terjadi pada Maret lalu, setelah kasus COVID-19 pertama terkonfirmasi di Indonesia. Karena ini, Matahari harus menutup seluruh gerainya. Sebagian gerai baru buka kembali pada Mei 2020.
Kemudian, memasuki September 2020, kasus Covid-19 meningkat tajam dan pembatasan kegiatan kembali diberlakukan, Perusahaan pun terpaksa harus kembali membatasi operasionalnya. Akibatnya penjualan merosot tajam.
Pada laporan keuangan di tahun 2020, Matahari menutup kinerja dengan kerugian sebesar Rp900 miliar. Hal ini sungguh berbanding terbalik dengan capaiannya di tahun sebelumnya, yakni mencatat laba bersih hingga Rp1,4 triliun.
Beberapa tindakan seperti membuka situs jaringan Matahari.com, cukup mengurangi beban operasional. Lalu kebijakan pengajuan pengurangan biaya sewa kepada pemilik mal, adalah langkah lainnya.
Selain itu, yang turut membantu perusahaan bisa bertahan adalah mendapatkan fasilitas bank tambahan sebesar Rp500 miliar, di atas fasilitas sebelumnya sebesar Rp1,7 triliun pada kuartal kedua 2020. Kinerja Matahari yang terpuruk ini, berimbas ke harga sahamnya.
Pada 3 Maret harga saham LPPF masih Rp3.190, selanjutnya anjlok tajam sehingga pada 3 April menjadi Rp1.095. Titik terendah saham LPPF terjadi 6 November 2020, pada harga Rp810. Setelah itu, harga secara perlahan naik dan pada 17 Februari ditutup pada Rp1.270. “Kami meyakini bahwa sangat tidak mungkin penjualan akan kembali ke normal sebelum tahun 2022,” kata Niraj Jain, Chief Financial Officer Matahari.